Pentingnya adab sebelum berilmu

Bismillah..

Penciptaan alam semesta lengkap bersama seluruh isinya yang Allah ‘azza wa Jalla kisahkan dalam Al-Qur’an yang tersebar pada berbagai surat, sejatinya tidak lain dan tidak bukan sebagai bukti kebesaran Allah S.W.T. bagi orang yang berakal.

Dalam Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191, Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Mulianya manusia dibanding makhluk Allah yang lain

Akal adalah salah satu kelebihan yang Allah ta’ala bekalkan kepada manusia. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh makhluk Allah lainnya. Allah ta’ala pun memuji dan memuliakan Ulul Albaab (orang yang berakal) dan menjelaskan kebiasaan mereka mentadaburi ayat ayat Allah ta’ala.

Allah ‘azza wa Jalla berfirman pada QS Al-Isra‘ (17):70 „Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan , Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna dibandingkan kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

Banyak manusia menggunakan akalnya untuk menuntut ilmu, namun sayangnya kebanyakan mereka tidak sampai memetik manisnya ilmu dan terhalang dari buahnya, yakni mengamalkan ilmu dan menyebarkannya.

Adab dahulu baru mengejar ilmu

Mengapa demikian? Menuntut ilmu bukanlah suatu perkara yang mudah, tetapi merupakan suatu perkara yang paling tinggi dan paling sulit. Karenanya kebanyakan para penuntut ilmu menempuh jalan yang keliru, ketika menuntut ilmu. Mereka melupakan syarat terpenting yakni adab, yang diperlukan seorang penuntut ilmu sebelum mengejarnya.

Imam Malik rahimahullah pernah berkata kepada seorang pemuda dari Quraish, „Wahai putra saudaraku, dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Rabi’ah Ibn Abi `Abdirrahman – seorang fakih di kota Madinah pada masanya. Ibuku berkata, „Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya“.“

Ibnul Mubarak rahimahullah pernah bercerita „kami mempelajari masalah adab selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.“

Ad-Dahabi juga menuturkan, bahwa Ismail bin ‘Uliyyah berkata, “Dulu orang berkumpul di Majlis Imam Ahmad ada kira-kira 5000 orang, atau lebih. Hingga 500 orang, mereka menulis. Sisanya, mereka belajar dari beliau mengenai kemuliaan adab dan perilaku.”

Menurut Abu Zakariya An Anbari rahimahullah: „Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh.“

Selain itu Yusuf bin Al-Husain rahimahullah juga berkata: „Dengan adab, engkau akan memahami ilmu.“

Begitu pentingnya adab, sebagai pondasi dalam menuntut ilmu. Tanpanya, sia-sialah ilmu yang telah mereka kejar.

Adab dan Akhlaq

Adab adalah cerminan akhlaq. Misi utama diutusnya Rasulullah S.A.W. kebumi adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Barangsiapa memiliki adab yang baik, maka baiklah pula akhlaqnya. Dari Abdullah bin Amr pada kitab Shahih Al-Bukhari, Rasulullah S.A.W. pernah bersabda: „Orang yang paling kucinta diantara kalian adalah yang memiliki karakter dan perangai (akhlaq) yang terbaik.“

Maka dari itu, ayo sebelum kita menuntut ilmu, mari kita benahi adab dan sempurnakan akhlaq agar kita dapat merasakan lezatnya menerima dan memberi ilmu. InsyaAllah.

Wallahu’alam

Photo by Mukhtar Shuaib Mukhtar from Pexels

Recommended Articles